Friday, November 27, 2009

BILA LAGI ANDA INGIN MENIKMATI KEHIDUPAN?

( DANCE LIKE NOONE WATCHING )


            Kita meyakinkan diri kita bahwa kehidupan akan menjadi baik setelah kita menikah, setelah kita mempunyai anak, dan lain-lain. Lalu kita frustasi kerana anak kita belum cukup dewasa, kemudian kita frustasi kerana kita harus menghadapi anak umur belasan tahun, dan kita merasa akan lebih bahagia bila anak-anak telah melampaui masa remaja.

            Kita berkata kepada diri kita bahwa kehidupan kita akan sempurna bila pasangan kita memiliki kereta yang lebih bagus, bila kita dapat pergi ke rekreasi, atau bila kita telah pencen.

            Yang benar adalah, tidak ada saat yang lebih baik untuk memulai hidup bahagia daripada saat ini, kalau tidak sekarang, Bila lagi?

            Kehidupanmu akan selalu penuh dengan tantangan-tantangan. Sebaiknya ini kau katakan kepada dirimu. Lalu putuskanlah untuk berbahagia. Salah satu favoritku adalah ucapan Alfred D. Souza, ia berkata, “ Sejak lama sering tampak padaku bahwa kehidupan yang sebenarnya akan segera dimulai. Tetapi selalu saja ada rintangan di jalan; ada sesuatu yang harus dikerjakan lebih dahulu, ada beberapa urusan yang belum tuntas, masih ada waktu yang harus dibaktikan, masih ada hutang yang harus diselesaikan, baru kemudian kehidupan yang sebenarnya berawal. Akhirnya, tidak seperti dugaanku, ternyata semua kesulitan dan rintangan itulah kehidupanku.”

            Sudut pandang ini membantuku untuk menyadari bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan adalah proses perjalanan itu sendiri.

            Oleh kerana itu, hargailah saat-saat yang kau miliki sekarang. Dan hargailah lebih banyak kerana kau melewatkannya bersama orang-orang yang istimewa, cukup istimewa sehingga kau bersedia melewatkan waktumu bersama mereka. Dan ingatlah waktu tidak akan menunggu siapa pun. Jangan menunggu sampai kau selesai sekolah, sampai kau kembali sekolah, sampai berat badanmu turun 10 pon, sampai berat badanmu bertambah 10 pon, sampai kau punya anak, sampai anakmu keluar dari rumah, sampai kau bekerja, sampai kau pencen, sampai kau menikah, sampai kau bercerai, samapai malam Sabtu sampai Minggu pagi, sampai kau dapat mobil baru atau rumah baru, sampai kredit rumah atau mobilmu selesai dibayar. Yakinkan dirimu, bahwa tidak ada saat yang lebih tepat daripada hari ini untuk berbahagia. Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan. ( Author Unknown )

                        

Wednesday, November 25, 2009

SOALAN BERHADIAH KERETA BMW DAN UANG SEBESAR 100 JUTA rupiah ( 35 ribu ringgit malaysia )


GEMPAR
SOALAN BERHADIAH KERETA BMW DAN UANG SEBESAR 100 JUTA rupiah ( 35 ribu ringgit malaysia ) 


Sebelas Pertanyaan dari buku Ustad H. Insan LS Mokoginta(Bekas Katolik) :
Hubungi no ini untuk menjawabnya : +62815 8787 627

1..  Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?

2..  Mana ajaran Yesus ketika berumur 13 sampai 29 tahun?

3..  Pernahkah Yesus Mengatakan:
     "Akulah Allah Tuhanmu, maka sembahlah Aku saja"
4..  Mana perintah Yesus atau Tuhan untuk beribadah pada hari Minggu?

5..  Pernahkah Yesus Mengatakan:
      "Akulah yang mewahyukan Alkitab, Aku pula yang menjaganya"

6..  Mana dalilnya dalam Alkitab Yesus 100% Tuhan & 100% manusia???


7..  Mana dalilnya asal percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan 
      Juruselamat  dijamin "pasti masuk surga"


8..  Mana foto asli wajah Yesus dan siapa pemotretnya?


9..   Mana dalilnya Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dan 
       perintah merayakannya!!



10..  Buktikan siapa yang hapal Alkitab walau satu surat saja di luar kepala!


11..  Mana bukti ucapan Yesus yang mengatakan bahwa ada tertulis demikian: 
"Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati
pada hari ketiga" dalam kitab Taurat Musa, Kitab Nabi-Nabi dan Kitab Mazmur

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Garis Besar Kehidupanku Mendatang!

Target
1.      Bussinessman Kaya Raya
2.      Hafiz Qur’an 30 Juz
3.      Khot
4.      Faqih di Kristologi
5.      Bidang Duniawi ( elektronik )

3 yayasan yang harus berdiri  sebelum aku meninggalkan dunia ini

·        Berdirinya Gontor International Islamic School di Malaysia
·        Berdirinya Rumah Pemberdayaan Orang Miskin
·        Berdirinya Masjid



( MENUJU TARGET )

  1. Bussinessman Kaya Raya
    • Mengambil Master dalam bidang manajemen
    • Meneruskan Akinda Bapak ( memperluas )
    • Membeli tanah lalu bangun rumah untuk disewakan
    • Menulis Buku tentang 
a.       Soalan-soalan penyelesaian kehidupan
b.      Kristologi

  1. Hafiz Qur’an 30 juz
·        Menghafal di Kiblah 5 juz ( Bulan 12 )
·        Menghafal di Shoubra 25 juz. ( Bulan 1-6 )
1 bulan : 4 juz x 6 bulan = 24 juz

  1. Khot
·        Mengisi kekosongan di mesir saat hafal Qur’an dengan mengikuti Sekolah Khot
·        Latihan setiap hari.

  1. Faqih di kristologi
·        Banyak membaca di internet
·        Berhubungan selalu dengan Ust Insan Mokoginta
·        Belajar sewaktu amik P.H.D di barat
·        Belajar otodidak semenjak Degree

  1. Bidang Duniawi
·        Kursus Enjin ( kalau boleh, kerja kat bengkel )
·        Kursus Potong Rambut
·        Kursus Masak
·        Kursus Elektik



( MENCAPAI 3 TUJUAN BESAR )

  1. Berdirinya Gontor International Islamic School
a)      Musyawarah dengan Ust Khairil
b)      Mengumpulkan dana dari Alumni Gontor yang berjaya di Indonesia maupun Malaysia
c)      Musyawarah dengan Pak Syukri untuk membangun Gontor cabang dan tenaga pengajar
d)      Musyawarah dengan menteri pendidikan
e)      Musyawarah dengan International Islamic School yang lain

  1. Rumah Pemberdayaan Orang Miskin
a)      Musyawarah dengan Alumni Abim untuk mengajar
b)      Musyawarah dengan IKPM
c)      Orang Miskin bekerja selama 1 tahun untuk pendanaan kembali

  1. Masjid
a)      Musyawarah dengan JAIS ( Ayah Ammar )





Orang Muda menyebutkan apa yang sedang mereka kerjakan
Orang tua menyebutkan apa yang telah mereka kerjakan
Orang Bodoh menyebutkan apa yang ingin mereka kerjakan.

Semoga Allah meletakkan ku dalam Golongan Pertama dan Kedua

Tuesday, November 24, 2009

Rahasia Kerja Tuhan 1 ( Survivor

            Satu-satunya penumpang yang selamat dari kecelakaan kapal laut terdampar di pulau kecil yang kosong.Ia berdoa agar Tuhan menolongnya. Setiap hari ia melihat ke kaki langit mengharapkan pertolongan, tetapi tak ada satu pun kapal yang datang.

            Setelah lelbah menanti pertolongan yang tak kunjung datang, ia kemudian membangun pondok kecil dari kayu-kayu yang hanyut untuk berteduh dan menyimpan harta bendanya.

            Suatu hari, setelah mencari makanan, ia pulang dan mendapati pondok kecilnya terbakar. Asap bergulung-bergulung naik ke angkasa. Hal yang paling buruk telah terjadi; ia kehilangan semua harta bendanya.

            Ia berdiri terpaku diliputi perasaan sedih bercampur marah.

            “TUHAN……., TEGANYA KAU BERBUAT DEMIKIAN TERHADAPKU!” teriaknya

            Keesokan harinya, ia terbangun oleh suara kapal yang mendekati daratan. Kapal itu datang untuk menolongnya.

            “Bagaimana kau tahu aku ada di sini,” tanyanya kepada si penolong.

            “ Kami melihat asap yang kau kirimkan,” jawabnya

Monday, November 16, 2009

RACUN ( Poison )

      Dahulu kala di negeri Cina, seorang gadis bernama Li-Li menikah lalu hidup bersama suami dan ibu mertuanya, Belum lama tinggal di rumah itu, Li-Li telah merasa bahwa ia sama seklai tidak bisa aku dengan ibu  mertuanya, Metuanya mempunyai watak yang sanga berbeda, banyak kebiasaanya yang menjengkelkan Li-Li, belum lagi ia selalu mencela Li-Li.

     Hari berganti minggu, minggu berganti bulan Li-Li dan mertuanya selalu terlibat dalam perdebatan dan permusuhan. Dan yang membuat keadaan semakin buruk adalah menurut tradisi Cina, Li-Li harus membungkukkan badan kepada ibu metuanya dan menaati semua kehendaknya, semua amarah dan ketikabahagiaan di rumah tangga membuat suami Li-Li menjadi tertekan.

   Akhirnya, Li-Li tidak sanggup lagi menghadapi watak buruk dan sifat diktator ibu mertuanya Ia memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kemudian, pergialn ia menemui Tuan Huang, sahabat baik ayahnya, yang pekerjaanya menjual berbagai ramuan tradisional. Ia menceritakan masalah yang dihadapinya dan memohon kiranya boleh meminta racun sehingga ia bisa menuelesaikan semua problem yang dihadapinya.

     Tuan Huang berpikir sejenak lalu berkata, " Li-Li, akuakan membantumu, tapi kau harus menaati perintahku!"

     " Baik, Tuan Huang, aku akan melakukan apa saja perintahmu," jawab Li-Li..

      Tuan Huang pergi ke ruang belakang beberapa menit kemudian muncul dengan sebuah bungkusan di tangannya.

     " kau tidak boleh menggunakan racun yang keras untuk menyingkirkan ibu mertuamu, kerana orang-orang nantiakan curiga. Kuberi kau beberapa ramuan yang perlaha-lahan akan menimbun racun di tubuhnya, Setiap hari, siapkan masakan yang lezat, lalu masukkan sedikit ramuan ini ke dalam mangkuknya. Nah, agar tidak membuat orang lain curiga sepeniggalnya nanti, mulai sekarang kau harus bersiakap manis kepadanya, Jangan berdebar lagi dengannya, taati segala perintahnya, dan perlakukan dia bagai seorang ratu, " kata Tuan Huang.

     Li-Li merasa sangat senang dan berterima kasih kepada Tuan Huang. Ia segera kembali ke rumah untuk mulai melaksanakan rencanaya. Minggu berganti bulan, waktu terus berjalan dan tiap hari Li-Li menghidangkan makan khusus untuk ibu mertuanya. Ia ingat betul nasihat Tuan Huang agar tidak bertindak mencurigakan . Ia lalau mengendalikan amarahnya, menaati mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

     Setelah 6 Bulan, keadaan rumah tangga mereka berubah. Li-Li selalu mengendalikan diri sehingga hampir tidak pernah marah atau jengkel lagi. Ia tidak pernah lagi berdebat, karena ibu mertuanya sekarang tampak lebih ramah dan mudah dilayani.

    Sikap sang mertua terhadap Li-Li pun berubah, ia mulai menyayang Li-Li seperti anak kandungnya sendiri. Ia selalu berkata kepada kerabat dan temannnua bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik. LI-Li dan metunya: satu denga lainnya, sekarang bersikap seperti anak dan ibu kandungnya. Suami Li-Li tentu saja merasa bahagia menyaksikan perubahan ini.

     Suatu hari Li-Li pergi memenui Tuan Huang untuk memohon pertolongganya lagi,"Tuan Huang yang saya hormati, tolong bantu akau untuk menyelamatkan mertuaku dari racun itu! Ia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik. Aku sekarang mencintainya seperti ibuku senidiri. Aku tidak ingin ia mati kerana racun yang kuberikan kepadanya.."

    Tuan Huang tersenyun dan menanggukkan kepadalnya,"Li-Li , tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku tidak pernah memberimu racun. Ramuan yang kuberikan kepadamu adalah vitamin dan obat kuat untuk memperbaiki kesehatan mertuamu. Racun yang sebenarnya tersimpan dalam pikiran dan sikapmu terjadapnya. Namun, semua racun itu sekarang telah terkikis habis oleh kasih sayang kau berikan kepada."


                                                                           *******

    Pernahkah kau sadari bahwa bagaimana kau memperlakukannya orang lain adalah bagaimana orang lain itu juga akan memperlakukanmu. Ada pepatah Cina berbunyi: Orang yang mencintai orang lain akan mendapatkan balasan cinta dari orang itu ( Author Unknown )

Wednesday, October 28, 2009

INGATLAH ! AKHIRAT MENUNGGU KEHADIRAN ANDA

Alhamdulillah, salam penulis sampaikan kepada para pembaca setia, semoga Allah meletakkan kite di bawah naungannye selama-lamanye.

Tepat jam 8.30 am, penulis mengambil wudhu' untuk membuka rezeki di hari yang penuh berkah ini. Lalu melaksanakan sunnah Rasullullah untuk mengisi kekosongan di waktu dhuha ini. Saat, penulis berdiri kembali untuk melaksanakan raka'at kedua, Allah mengilhamkan penulis untuk membaca surah Al-infithaar.

Bergetar hati penulis membaca ayat-ayat sucinye yg berbunyi seperti ini :

Dan apabila langit terbelah. dan apabila bintang berjatuhan dan apabila laut dijadikan meluap dan apabila kubur dibongkar, maka setiap jiwa akan mengetahu apa yang telah dikerjakannya dan yang telah di lalaikannya. Wahai manusia sekalian ! apa yang telah membuat kamu berdurhaka kepada Allah, yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakannya, di dalam bentuk apa sahaja yang dikehendaki, dia menyusun tubuhmu.......................dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi pekerjaanmu, yang mulia di sisi Allah dan mencatat perbuatanmu.....ila akhiriha.


Astaghfirullah, hamba memohon maaf atas segala keburukan dan kejahatan maupun segala tindakanku yang bersifat negatif, sungguh, kau mengetahui apa yang telah kami kerjakan dan apa yang telah kami tinggalkan, apa yang telah kami halalkan dari apa yang telah kau haramkan. Yang telah kami susahkan dari apa yang Engkau mudahkan.

 Ampunilah kami. kasihilah kami...Sesungguhnya Pengampunanmu lebih besar dari dosa-dosa kami yang bertabur seperti pasir di lautan. Siramilah kami dengan hidayahmu, bimbinglah kami ke jalan yang kau ridhoi dan akhirkanlah hidup kami di dalam keimanan kepada-Mu dan Rasul-Mu bukan di bawah gengaman tangan iblis yang kau laknati.

Al-Fatihah....

Tuesday, October 27, 2009

Cerpen pertamaku

Saat itu, angin berhembus menambah beban mata yang ngantuk akibat godaan setan. Ketidakhadiran guru di kelas seakan melengkapi suasana ini. Ramai yang sudah merebahkan kepalanya ke atas meja belajar sembari terbang ke alam mimpi untuk mengisi kekosongan.

Namun, nun di hujung di meja, duduklah seorang pelajar ditemani dua sahabatnya yang sedang bertawa-senda. Seakan tidak terpengaruh dengan fenomena di sekeliling-nya. Duduk dan khusyu' mengulang kembali pelajaran  yang pernah diajarkan sewaktu menimba ilmu di Gontor dahulu.

Semenit berlalu dengan cepatnya, menimbulkan tanda tanya dari dua sahabat di sampingnya.

"muadz, kau lagi tengah buat ape tu?"

"aku lagi tengah baca buku Tauhid lah, alang-alang nak persiapkan diri nak masuk madinah dan mempertambah imanlah, pasal kalau kite dah hilang tauhid, dah mestilah kite hilang tiang agama kite. Betul x Izzudin?

Izzudin adalah sahabat pertama kali yang dikenali  muadz sewaktu memasuki Kiblah 2 minggu lalu. Sikapnya bersahaja dan Hafalannya yang sudah mencecah 30 juz menambah erat persahabatan antara mereka berdua.

"betul jugak, tapi buku yang kau baca ni bahasa arablah, aku ni bukannya pandai sangat pun." kata izzudin kepadanya.

Terpintas di hati mu'adz, memikirkan fenomena yang berlaku di Malaysia. kemudian bertanya ke hatinya sendiri

"Berapa ramai orang yang dah hafal Qur'an sekaligus memahami isinya ye? tak kanlah di zaman 2009 ni, orang nak hafal Qur'an tapi tak nak faham ma'nanye. So, apa yang dapat diberikan kepada masyarakat seusai mendapatkan syahadah dari Guru mereka. Semoga Allah memberkati ape yang telah mereka lakukan. Minimum, itu lebih baik dari berbuat pekerjaan yang tak berfaedah. Sayangnye, kalau Ummat islam hanye seperti ini, maka sesuailah dengan apa yang di janjikan Oleh Allah dalam Firman Al-Qur'annye : Ana inda Dzonni Abdi". Bile kite nak tengok malaysia maju keislamannya?

Pertanyaan ini terus berputar di pikiran mu'adz sampai akhirnye Guru memasuki kelas tanda proses transformasi ilmu akan siap dilaksanakan.



                                                                                 Cerpen ini selesai pada jam 11.32 pm. 27.10.09

Di manakah Jalan Hidupku?

Alhamdulillah, terima kasih bagi para pembaca yang selalu mendukung penulis untuk terus berkreasi demi meraih pahala dari-Nya. X lupa juga bagi abangku, (semoga Allah meridhoiya), yang terus-terusan menasihati diri penulis untuk terus berkembang walau apapun jua keadaanx. Dan bagi keluargaku yang tercinta, untuk segala bantuan yang ada.

Syukur ke Illahi, sudah 2 minggu aku menjejakkan kakiku ke ma'had tahfiz kiblah. Berbagai bentuk manusia yang aku temui, dari yang cerdas IQnya, maupun sebaliknye. Sungguh suasana yang berbeza sekali dengan keadaan yang ade di Indonesia. Kesemangatan para pelajar, kemahuan bahkan kemampuan dalam berdedikasi memberikanku kesempatan untuk terus-terus bersyukur kepada Allah S.W.T yang telah menghidayahkan aku ke Gontor dalam menimba ilmu.

Dulu kala, aku selalu mencurahi hatiku dengan pendustaan akan nikmat-Nya, melihat sahabat-sahabatku yang telah melalui jalan mereka masing-masing, sedangkan aku sendiri berdikari dalam mempelajari kehidupan dunia dan akhirat. Allahu Akbar, Allahu Akbar, benarlah kata Allah di dalam firmanya yang berbunyi " SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MENGILHAMKAN KEPADA DIRIMU KAMU SEMUA WAHAI MANUSIA DENGAN JALAN YANG BAIK MAUPUN SEBALIKNYA. BERUNTUNGLAH BAGI YANG MENSUCIKANYA DAN MERUGILAH BAGI YANG MENGOTORINYA. (surah As-syams). Semoga Allah memasukkan aku ke dalam golongan yang pertama dan menjauhi golongan yang kedua.

Sekarang, diri ini di dalam kebimbangan akan masa hadapan. Ribuan jalan terbentang sejauh mata memandang, setiap jalan memberikan hasil yang berbeza dengan jalan yang lain. Ramai Sahabat-sahabat sekolah rendahku telah memilih alur jalan ke destinasinya masing-masing. Sedang aku, berdiri memikirkan yang terbaik di antaranya.

Jalan manakah yang akan aku pilih? kekayaan atau kebahagiaan dunia akhirat. Bisakah diri ini memilih keduanya. Tapi bagaimana caranya? apa yang akan aku lakukan jika aku sudah sampai ke destinasi yang di tuju?.  Bagaimana cara meraih kedua-duanya?

Ya Allah, malam ini, hamba memohon kepadamu, berikanlah yang terbaik bagi diriku, di jalan yang kau ridhoi bukan jalan yang kau ridhoi.

Monday, September 28, 2009

tulisan ini diambil dari Ust saya Abdul Syahid Syafruddin


Curigai Diri Anda!

Posted on August 15th, 2009 in MotivasiSikap

Curiga-mencurigai adalah suatu yang tidak baik. Apalagi kalau curiga yang mendorong kepada hasad dan dengki. Namun setelah kita menteliti dari beberapa peristiwa yang sering kita dengar dari sejarah akan perihal para sahabat Rasulullah SAW, kita menemukan bahawa mereka ternyata sangat suka bercuriga. Bezanya antara kita hari ini, curiga kita lebih kepada hal-hal yang tak patut dan melibatkan orang lain sedangkan mereka mencurigai hal-hal yang perlu dicurigai dan melibatkan diri mereka sendiri. Ya, mereka mencurigai diri mereka sendiri!!
Sering kita dengar mengenai para sahabat yang menangis kerana curiga amal mereka tidak diterima. Ramai dari mereka ketakutan mencurigai iman dan taqwa di hati mereka. Ramai dari mereka curiga amal mereka tidak ikhlas dan dipenuhi riak.
Contoh yang sering kita dengar kisah Saidina Umar RA yang bertanya kepada Huzaifah Bin Yaman RA. Huzaifah dikatakan sebagai seorang yang selalu bersama Rasulullah SAW lalu Saidina Umar bertanya adakah beliau pernah mendengar Baginda mengatakan perihalnya, Saidina Umar curiga dirinya tergolong dari mereka yang munafik.
Imam Hasan Basri pernah berkata, “Orang munafik selesa dengan kemunafikan mereka (sehingga tidak sedar akan diri mereka munafik) sedang orang mu’min gelisah takut diri tergolong dari mereka yang munafik (kerana sentiasa merasa diri mereka munafik)”
Sikap ini perlu kita contohi. Kita perlu sentiasa curiga akan diri kita sendiri. Curigailah hati dan kandungan iman serta taqwa di dalamnya. Curigailah niat anda siapa tahu ada riyak di dalamnya. Curigailah langkah anda siapa tahu menuju ke arah yang tidak sepatutnya. Curigailah ringan tulang anda siapa tahu anda mengharapkan sesuatu dari selain Allah. Curigailah harta anda siapa tahu ada hak orang lain padanya. Curigailah solat anda siapa tahu tiada khusyuk di dalamnya. Curigailah masa anda siapa tahu ada lagha di dalamnya. Curigailah makanan anda siapa tahu ada haram padanya. Curigailah kata-kata anda siapa tahu ada bohong padanya. Curigailah isteri dan anak anda siapa tahu mereka jauh dari kebaikan dan dekat pada kemungkaran. Curigailah curigailah dan curigailah.. Mari sama-sama kita mencurigai diri kita demi mencapai tahap yang lebih baik.

Tuesday, September 15, 2009

Di mana kah kematian KU??

Allahu Robbi, kau panggil temanku tanpa izinku, layak-Kah aku  melakukan seperti itu, siapakah diri ini untuk meminta,memohon dan memaksa agar kau mengembalikannya kepadaku. 

Allahu Robbi, Sungguh memang dunia ini adalah tempatx persinggahan para manusia, Tempat kita mengumpul tin-tin kosong yang berguna dan sampah yang bisa menjadi saksi akan kebaikan diri kita sendiri saat menghadapmu. 

Allahu Robbi, malu diri ini saat melakukan laranganmu dan meninggalkan perintah yang termaktub di dalam Al-Qur'an, sakit hati ini tatkala mengetahui bahwa badan tubuh yg  kau amanahkan kepadaku, telah ku lencongkan ke jalan yang tidak kau Ridho'i. 

Allahu Robbi, Bahagiakanlah temanku Robby Wibowo, di bawah naungan Rahmat-Mu, kerana dialah pejuang sejati bagiku. 

Allahu Robbi, Jadikanlah ia sebagai pengingat ku saat setan menusuk islamku, merobek akhlakku, menggengam batinku sehingga akan  ku usir dia dengan Imanku.

Allahu Robbi, maafkanlah diri hamba, maafkanlah diri hamba, maafkanlah diri hamba, dunia maupun akhirat


Thursday, September 10, 2009

Kunjungan sebelum yang kedua

alhamdulillah, sampai jugak aku dan keluarga di malaysia, Ribuan terima kasih kepada Abang saye luthfi yang telah membawa kami sampai selamat ke tujuan.
Ikhwani...

Indah hari ini, indah jika kita menikmatinx, indah jika kita melaluix, indah jika kita mengenangx.
ada 1 keindahan yang ingin aku sampaikan kepada pembaca. Keindahan yang hax didapatkan oleh 1 orang berbanding 1000 org yg melewatix. Meski masih jauh dari keindahan Hakiki, tapi keindahan khayyali turut menyenangkan hati kita

Hari ini, pada tanggal 10 september, sebelum Shalat dzuhur, saye beserta Keluarga (Parent 2 org, adik-beradik, 7), terkandas di tengah2 jembatan antara Malaysia dan Singapura. Sekitar setengah jam kami terhenti, Ribuan mata menyaksikan kami, jutaan reaksi yang muncul dari pemilikx. Yang lebih mengharukan lagi adalah jika saudara anda melewati mobil anda yang sedang mogok kemudian hax melambaikan tangan tanda perkenalan tanpa berhenti sejenak untuk membantu ataupun setakat bertanx.

Segala puji-Mu, kau hadirkan hambamu yang x pernah terbayangkan di fikr, Alhamdulillah, dengan bantuan bateri mobil yang lain. Keadaan kembali seperti semula.. Lafadz Kami kepada-Nya, terus membasahi lidah kami.

Terima Kasih Ya Robbi, Kau jadikan kenangan ini tertanam di dalam memori................

Tuesday, September 8, 2009

susah? yang benar aja

bismillahirrahmanirrahim, Engkaulah penciptaku, mata, telinga, hidung badan bahkan seluruhx berputar mengelilingi Arsy-x. Usai shalat shubuh di surau ghim moh road, singapura. Aku mendengar yusuf mansyur berbicara akan kesusahan yang melanda hidup.

Rasulullah S.A.W pernah menasehati kita jika kita dilanda kesusahan yang sangat. Kerjakanlah 6 perkara sesuai dengan urutanx.

falyatawadda'
falyusolli rokatain
falyaqro' Al-Qur'an
Falyada'u ila Allah
Falyatawakkal
Falyatasaddoq

Ikhwanul muslimin, ada sahabat kita yg juga dia saudara kt seummat. Sebutlah Malik namax. Hanx dalam semalam, tseekrekkk, seluruh masalahx selesai. Rentenir yg meminta uang 15juta rupiah,bini yang mau bercerai, rumah mau di konker bahkan anak yang diberhentikan sekolah.hilang dalam kegelapan malam dan diawali dengan sinar pagi yang cerahx.

Akankah kita berduka?

Ashar berlalu dengan cepat, setelah aku, emy n ibu mempererat silaturrahim ke Nenek Haji, ayah aku menuju langsung ke rumah cik ham(beliau adlh mak cik aku). Sekilas aku melihatx membuka pintu, aku menemukan sebuah ruangan yang hampa akan Rahmat-Nya, jauh d lubuk hati ini belum menemukan siraman jiwa bersama. Suram, kelam, kosong akan segala-Nya.
apakah ini azab atau ujian semata. Tergantung bagaimana besar kecilx gelas kosong kita. Semakin luas volumex maka semakin tawar garam yang sudah bercampur dengan air. Ingatlah, SEBESAR KEINSYAFANMU SEBESAR ITU PULA KEUNTUNGANMU.

Sunday, September 6, 2009

TIBALAH MASANYE!!!!!!!!!!!!!!

Ikhwan, sudah saatnye kite perlu mengintropeksi diri, Atas dasar ape kite hidup di dunia ini?
Sekaranglah saatnye untuk berubah, menuju ke ridhox, bangkitkan diri, majukan Hidup untuk merubah dunia. Bukan kita yg di ubah dunia tapi kita lah perubahnye

Tuesday, September 1, 2009

Aku Tinggalkan Anak-anakku Demi Islam



Meski pedih, ia hancurkan rasa cinta kepada dua putranya tersayang, karena Kavita lebih memilih cintanya kepada Islam


Hidayatullah.com--Namaku dulu adalah Kavita, dan nama panggilanku Poonam. Setelah memeluk Islam, aku bernama Nur Fatima. Usiaku 30-an tahun. Tapi aku merasa baru berumur lima tahun, karena pengetahuanku tentang Islam tidak melebihi pengetahuan anak usia 5 tahun.

Aku dulu bersekolah di Mumbai, di sebuah sekolah yang cukup besar khusus untuk anak-anak dari keluarga bangsawan. Kemudian aku melanjutkan pendidikan ke UniversitasCambridge. Setelah menyelesaikan program master, aku mengambil banyak kursus komputer.

Aku menyesal, banyak gelar duniawi yang sudah diraih, tapi aku belum melakukan apapun untuk kehidupan akhirat. Sekarang aku ingin melakukan sesuatu untuk akhiratku.

Lingkungan tempat aku dibesarkan, adalah lingkungan Hindu ekstrimis yang sangat membenci Islam. Keluargaku bagian dari dari organisasi Hindu garis keras, Shiv Sena.

Aku menikah di Mumbai, dan memiliki dua orang putra. Bersama suami dan anak-anak, kami kemudian pindah ke Bahrain.

Aku memeluk Islam setelah menikah, tapi aku sudah tidak meyukai menyembah dewa-dewa pujaanku sejak aku beranjak dewasa. Aku ingat, suatu hari aku membuang sesembahanku ke kamar mandi. Ketika ibu menegur aku, kukatakan padanya bahwa benda-benda itu tidak bisa melindungi diri mereka sendiri. Jadi mengapa kita meminta berkah dari mereka, menyembah mereka. Apa yang bisa mereka berikan kepada kita?

Ada sebuah ritual di keluarga kami, jika seorang gadis sudah menikah, maka ia membasuh kaki suaminya, lalu meminum air basuhannya. Tapi aku menolak melakukan hal itu sejak hari pertama menikah. Karena itu aku  dimarahi habis-habisan.

Ketika masih sendiri aku pernah mengikuti sekolah pendidikan guru, dan aku suka mengendarai mobil sendirian. Aku kadang mengunjungi sebuah Islamic Center terdekat. Di sana, aku mendengarkan pembicaraan orang, dan akhirnya mengetahui bahwa orang Islam tidak menyembah dewa.

Mereka tidak mencari karunia dari seseorang yang lain. Mereka tidak punya Baghawan. Aku suka cara pandang mereka. Pada akhirnya aku mengetahui, yang mereka sembah ternyata adalah Allah, Yang Mengurus segala sesuatu.

Aku terkesan sekali dengan shalat. Awalnya aku tidak tahu itu adalah cara orang Islam berdoa. Yang aku tahu orang Islam sering melakukannya. Dulu kusangka itu semacam olahraga. Aku baru mengetahui gerakan itu dinamakan shalat ketika mulai mengunjungi Islamic Center.

Aku sering bermimpi setiap kali tidur. Aku melihat ada sebuah ruangan persegi empat. Mimpi itu selalu mengganggu tidurku dan membuat aku terbangun dalam keadaan berkeringat. Ruangan yang sama selalu muncul dalam mimpi ketika aku tidur kembali.

Setelah menikah aku pindah ke Bahrain, tempat yang membantu aku memahami Islam dengan lebih baik. Karena itu adalah sebuah negara Muslim, maka aku dikelilingi oleh tetangga Muslim. Aku berteman dengan seorang  Muslimah. Ia jarang mengunjungiku, tapi aku sering mengunjunginya.

Suatu hari ia melarang aku mengunjungi rumahnya, karena waktu itu bulan Ramadhan, bulan untuk beribadah. "Ibadahku terganggu karena kamu berkunjung ke rumah," begitu katanya.

Aku sangat ingin tahu tentang ibadah ritual yang dilakukan orang Islam. Oleh karena itu aku memintanya untuk tidak melarangku berkunjung ke rumahnya. Aku berkata, "Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Aku hanya akan melihat apa yang kamu lakukan. Aku tidak akan berkata apapun, dan hanya akan mendengar apa yang kamu baca." Maka ia pun tidak melarangku berkunjung ke rumahnya.

Ketika aku melihatnya sedang beribadah, aku tertarik untuk menirukannya. Kemudian aku bertanya padanya tentang "gerak badan" itu. Ia memberitahu, itu namanya shalat. Dan buku yang selalu ia baca, adalah kitab suci Al-Quran.

Aku berharap bisa melakukan semua yang ia lakukan. Aku pulang ke rumah dan mengunci diri dalam kamar. Aku meniru semua apa yang dilakukan temanku secara diam-diam, meskipun aku tidak tahu banyak mengenai hal itu.

Suatu hari aku lupa mengunci kamar dan melakukan shalat, ketika itu suamiku masuk. Ia bertanya, apa yang aku lakukan. Aku bilang, "Aku melakukan shalat." Ia pun berkata, "Apakah kamu masih waras? Kamu tahu apa yang kamu katakan?"

Awalnya aku ragu. Mataku terpejam dan ketakutan. Tapi tiba-tiba, aku merasa ada sebuah kekuatan besar dalam diriku, yang membuat aku berani untuk menghadapi situasi saat itu. Aku berkata bahwa aku sudah memeluk agama Islam, dan karena itu aku melakukan shalat.

Suamiku berseru, "Apa?! Apa kamu bilang? Coba kamu katakan sekali lagi?" Aku mengulangi ucapanku, sambil memberi tekanan, "Ya! Aku masuk Islam." Mendengar hal itu ia langsung memukuli aku.

Kakakku mendengar suara ribut-ribut dan mendatangi kami. Ia berusaha menyelamatkan aku. Tapi, ketika suamiku menceritakan semuanya, ia pun maju dan ikut memukuli aku.

Aku berusaha menghentikannya dengan berkata, "Kamu tidak perlu ikut campur. Aku tahu apa yang baik dan apa yang buruk buatku. Aku telah memilih jalanku."

Mendengar perkataanku itu, suamiku semakin naik pitam. Ia menyiksaku sedemikian rupa hingga aku tidak sadarkan diri.

Ketika itu semua terjadi, kedua putraku berada di rumah. Saat itu putra pertamaku berusia 9 tahun dan adiknya 8 tahun.

Tapi setelah peristiwa itu, aku tidak diperbolehkan bertemu siapapun. Aku dikurung dalam sebuah ruangan. Meskipun sebenarnya belum benar-benar memeluk Islam, tapi aku selalu mengatakan bahwa aku telah masuk Islam.

Suatu malam, ketika aku masih dikurung, putra sulungku datang dan menangis dalam pelukanku. Aku bertanya, kemana anggota keluarga yang lain. Ia bilang mereka semua pergi mengunjungi sebuah acara. Tak ada seorang pun di rumah. (Malam itu ada sebuah festival keagamaan).

Putraku minta agar aku kabur dari rumah, karena keluargaku akan membunuhku. Aku katakan padanya, bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Mereka tidak akan menyakiti aku. Dan kukatakan pada putraku, agar ia menjaga dirinya sendiri dan juga adiknya.

Tapi ia terus memaksa dan memohon agar aku meninggalkan rumah. Aku berusaha membuatnya mengerti, jika aku pergi maka aku tidak bisa bertemu dirinya dan adiknya. Namun ia menjawab, aku akan bisa menemui mereka jika aku masih hidup. "Pergilah mama, mereka akan membunuhmu," katanya.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Aku tak bisa melupakan peristiwa itu, ketika putra pertamaku membangunkan adiknya dan berkata, "Bangunlah. Mama akan pergi meninggalkan rumah. Temuilah ia sekarang, karena kita tidak tahu apakah kita akan berjumpa lagi dengannya atau tidak."

Itu pertama kali si bungsu melihatku setelah kami tak jumpa sekian lama. Ia mengusap-usap matanya ketika melihatku. Ketika aku mendekatinya, ia pun memelukku dan menangis tersedu-sedu. Anak-anak mungkin sudah mengetahui semuanya. Ia hanya berkata, "Mama akan pergi?" Aku hanya mengangguk, dan meyakinkannya jika kami akan bertemu lagi.

Aku merasa meremukkan cinta seorang ibu dengan kakiku. Di satu tangan aku menggenggam cinta anak-anakku, dan di tangan lain aku menggenggam cintaku pada Islam yang akan menggantikannya. Aku merintih dan memeluk erat anak-anakku. Aku berusaha menghancurkan cintaku pada mereka.

Luka-lukaku masih segar, aku tidak bisa berjalan. Namun aku berusaha untuk melakukannya.

Kedua putraku menyaksikan kepergianku malam itu, di malam yang gelap dan dingin. Mereka melambaikan tangan sambil menangis di pintu gerbang.

Aku tidak bisa melupakan saat-saat itu. Setiap kali aku mengingatnya, aku teringat orang-orang yang telah meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi untuk Islam.

Setelah meninggalkan rumah, aku langsung menuju ke kantor polisi. Masalahku saat itu, mereka tidak mengerti bahasaku. Untungnya, seorang di antara mereka bisa berbahasa Inggris.

Saat itu aku sulit bernapas dan tidak bisa bicara karena gemetaran. Aku memintanya agar mengizinkanku beristirahat sampai aku bisa memulihkan keadaanku.

Tak lama kemudian aku pun pulih. Aku katakan padanya kalau aku meninggalkan rumah dan ingin memeluk Islam.  Aku ragu-ragu untuk menceritakan semua kejadian yang sebenarnya. Namun polisi itu berusaha menenangkanku dan berkata bahwa ia seorang Muslim, ia akan membantuku semaksimal mungkin. Kemudian aku diajak pulang ke rumahnya dan diberi tempat menginap di sana.

Pagi harinya, suamiku mendatangi kantor polisi meminta bantuan. Ia mengatakan bahwa istrinya telah diculik. Tapi kemudian dikatakan kepadanya bahwa istrinya tidak diculik. Istrinya datang sendiri ke kantor polisi. Karena ia ingin memeluk Islam, maka suaminya tidak lagi memiliki hubungan dengannya karena berbeda agama. Jadi istrinya tidak boleh pergi dengannya.

Suamiku memaksa, dan mulai mengancam. Tapi aku sendiri menolak untuk pergi bersamanya. Aku mengatakan bahwa ia boleh mengambil semua perhiasanku, tabungan, dan rumah milikku. Tapi aku tidak akan pergi dengannya.

Awalnya ia tidak menyerah. Namun, karena melihat kegigihanku menolaknya, ia pun minta dibuatkan pernyataan tertulis bahwa ia mendapatkan semua harta bendaku.

Polisi yang menolongku berkata bahwa sekarang keluargaku tidak bisa menyakitiku lagi, dan aku bisa memeluk Islam. Aku berterima kasih padanya, lalu pergi ke rumah sakit, karena seluruh badanku penuh dengan luka.

Aku tinggal beberapa hari di rumah sakit. Suatu hari seorang dokter bertanya, "Dari mana asalmu? Tidak ada seorang anggota keluarga pun yang datang menjengukmu ke rumah sakit."  Aku diam, tidak menjawab. Sebab aku meninggalkan rumah karena mencari satu hal. Dan sekarang aku tidak memiliki rumah atau keluarga. Yang aku miliki hanya Islam.

Polisi Muslim yang menolongku, ia memanggilku sebagai seorang saudara perempuan. Dan ketika aku berada di rumahnya, ia memperlakukanku seperti saudara kandungnya. Ia telah memberiku tempat berteduh di malam yang dingin, ketika aku kehilangan seluruh keluargaku. Aku tidak akan pernah melupakan jasanya.

Dan ketika aku berada di rumah sakit, aku bingung. Apa selanjutnya yang harus aku lakukan? Kemana aku harus mencari tempat berlindung yang aman.

Setelah keluar dari rumah sakit, aku langsung pergi ke Islamic Center. Saat itu tidak ada seorang pun, hanya ada seorang bapak tua yang sepertinya tinggal di sana. Aku menemuinya, dan kukatakan maksud kedatanganku. Sejenak ia merasa ragu, lalu berkata, "Nak, sari ini bukanlah pakaian seorang Muslimah. Pergi dan pakailah kerudung, tutupilah dirimu sebagaimana orang Muslim."

Aku mempunyai sisa uang yang kubawa ketika meninggalkan kantor polisi. Kubeli seperangkat pakaian dengan uang itu, lalu kembali ke Islamic Center.

Pak tua itu mengajariku cara berwudhu. Setelah aku berwudhu, ia membawaku ke sebuah ruangan. Ketika memasuki ruangan itu, aku melihat sebuah gambar tergantung di dinding. Aku terdiam, karena aku melihat ruangan seperti yang ada dalam mimpiku. Seketika aku berseru, "Ini yang sering aku lihat dalam mimpiku. Yang selalu mengganggu tidurku."

Pak tua tersenyum, ia berkata bahwa itu adalah rumah Allah. Muslim dari seluruh penjuru dunia datang ke rumah itu untuk melakukan haji dan umrah. Namanya Baitullah. Aku terkejut mengetahuinya. Aku pun bertanya, "Apakah Allah tinggal di sebuah rumah?" Ia menjawab, pertanyaan-pertanyaanku dengan senyum dan penuh perhatian. Sepertinya ia tahu banyak tentang Islam.

Aku tidak mengalami kesulitan berbicara dengannya. Ia menjelaskan setiap hal dalam bahasa ibuku. Aku merasakan kebahagiaan yang aneh saat itu.

Ia membimbingku mengucapkan syahadat. Kemudian menjelaskan tentang Muslim dan Islam. Setelah itu aku merasa tidak takut dan juga tidak ada beban dalam pikiranku. Aku merasa diriku sangat cerah. Rasanya seperti berenang di tempat kotor, lalu pindah ke dalam air yang jernih.

Pengelola Islamic Center itu mengangkatku sebagai anak, dan membawaku pulang ke rumahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikahkah aku dengan seorang Muslim. Keinginan pertamaku saat itu adalah melihat rumah Allah. Lalu aku pun pergi melakukan umrah.

Setelah aku memeluk Islam, aku tidak pernah kembali ke India, dan aku pun tidak ingin pergi ke sana. Keluargaku mempunyai hubungan dengan organisasi-organisasi politik dan Hindu di sana. Mereka bahkan telah menawarkan sejumlah uang untuk kepalaku.

Dulu aku diberitahu bahwa mujahidin adalah orang-orang yang suka menindas. Dan mereka sering melakukan penindasan melewati batas. Kami dibuat agar membenci mujahidin. Tapi sekarang aku telah mendapatkan kebenaran, dan aku mencintai mereka. Kuucapkan doa untuk mujahidin dalam setiap shalatku.

Aku juga berdoa kepada Allah, jika Ia mengaruniaiku dengan anak-anak laki-laki, aku akan sangat bahagia jika melihat mereka ada dalam barisan para mujahid. Aku akan mempersembahkan mereka untuk kejayaan Islam. Insya Allah.

Wednesday, August 26, 2009

PUEEENATTTTTT!!!!!!!!

Alhamdulillah, selesai jugak Kem hafazan di ABIM, sesuai  dengan apa yang di harapkann oleh guru2. Cobaan, yang besar untuk mengajar budak2 kecik kat 'ABIM. Insaf  pulak, aku ni waktu kecik2 dulu. Kesian, cikgu2 yang mengajar aku waktu lepas. Ya Rozzaq, perluaskanlah rezeki mereka dengan rahmatmu, dan perliharalah mereka di bawah berkahmu
Foreign Advisory 1430 H















Monday, August 24, 2009

sebuah kisah untuk kita hayati

Mau gelas atau sungai ?

Ada seorang murid yang sedang dilanda masalah. Mungkin masalah keluarga, masalah ekonomi, ataupun masalah pacarnya. Intinya masalah tersebut membuatnya sedih, sering melamun. Sang Guru yang bijaksana melihat muridnya mengalami keadaan demikian juga merasa prihatin. Beliau mengajak muridnya berdialog. Kemudian setelah berdialog, sang guru menyuruh mengambil 1 gelas air dan segenggam garam.

Sang guru berkata,”Coba kau masukan garam yang ada ditanganmu itu semuanya.” Sang murid pun melaksanakannya. Dan kemudian guru itupun memerintahkan lagi , “ Coba engkau minum air tersebut, dan bagaimana rasanya.” Sang murid pun meminumnya dan hampir saja dia memuntahkannya. “Asin sekali .., Guru!” jawab muridnya. Sang guru pun tertawa….”Emang enakkkkk”!

Kemudian sang guru mengajak muridnya ke sungai dengan membawa garam. “Coba kau masukan garam itu, kemudian minum airnya,” perintah gurunya. Murid tersebut kemudian melarutkan garam yang ada ditangannya dan kemudian meminumnya.

Sang guru bertanya, “Bagaimana rasanya, asin..?” “Segar, guru,” jawab muridnya.

Sang guru tertawa kecil dan berkata,”Segala masalah atau beban yang kau hadapi, seumpama segenggam garam yang kau bawa tadi.Tuhan telah mengqadarkan masalah itu kepada manusia. Semua orang kadang dan pasti mendapat masalah. Dan rasa asin itu adalah suasana hatimu yang sedih atau menderita. Dan hatimu itu mau kau jadikan gelas atau sungai ini ? Jika kau mau menjadikannya seperti sungai, tentu rasa asin atau penderitaan yang engkau hadapi tidak terasa. Oleh karena itu jadikan hati ini berlapang dada dengan mengembalikan masalah kita kepada Tuhan.”

 

www.luthfi679.blogspot.com